...I am in Love with Rose, But I am nothing but a Dandelion...

Minggu, 22 Maret 2015

Tugas Bahasa Inggris Bisnis 2

Nama                     : Neneng Hasanah
Kelas                     : 4EA12
NPM                      : 18211561
Mata kuliah            : Bahasa Inggris Bisnis 2

FRUTABLEND

         Only with Money 145.000,00 you can get clean and glowing skin , eliminate wrinkles due to age , eliminating dark spots spots and acne scars , within a period of 2 weeks Drinking regularly 2 capsules a day (morning 1 , night 1 ) , should be taken after meals you can get the result , of course, there are many more benefits of this frutablend . frutablend consists of 22 types of fruit and vegetables are 100 % soluble in water, so it is definitely safe for the body if taken long term without side effects . and had a lot of people who membutikannya . For more details and if you want to order my products , can contact me at the following contacts :

Email : Nenenghasanah231@gmail.com
Phone Number : 085223295xxx



Kamis, 20 November 2014

TUGAS EKONOMI INTERNASIONAL

Mata Kuliah Ekonomi Internasional

Nama                 : Neneng Hasanah
NPM                  : 18211561
Kelas                  : 4EA12

1.       Terangkan pengaruh pemberlakuan tarif terhadap Term of Trade (ToT) dan apa kaitannya dengan ekonomi negara tersebut.
Jawaban :
Pengaruh pemberlakuan tarif terhadap Term of Trade (ToT) :
  • ·         Terjadinya penurunan terhadap impor karena harga barang menjadi lebih mahal.
  • ·         Mendistribusikan pendapatan dari konsumen domestik ke produsen domestik.

·      Mendistribusikan pendapatan dari sektor ekonomi yang sumber dayanya melimpah ke    sektor lain yang sumber dayanya kurang kompetitif.
  • ·         Dampak negatif berupa production distortion lost, tarif menyebabkan produsen domestik memproduksi terlalu banyak barang sehingga tidak semuanya dijual dengan harga yang menguntungkan.

Kaitannya dengan ekonomi negara tersebut :
Pemberlakuan tarif oleh pemerintah negara besar yang bersangkutan akan menurunkan volume perdagangannya, namun dalam waktu bersamaan juga akan meningkatkan nilai tukar perdagangannya (Term of Trade). Selanjutnya tingkat kesejahteraan secara keseluruhan akan dapat meningkat, menurun atau konstan, tergantung mana yang lebih unggul antara dampak negatif dari penurunan volume perdagangan atau dampak positif yang bersumber dari peningkatan nilai tukar perdagangannya.

2.       Apa yang dimaksud dengan tarif optimal dan bagaimana cara menentukannya?
Jawaban :
Tarif optimal adalah tingkat tarif yang dapat memaksimalkan mafaat netto yang bersumber dari perbaikan nilai tukar perdagangan sehingga dapat melunturkan dampak negatif yang diakibatkan oleh berkurangnya volume perdagangan.
Cara menentukannya :
Negara besar beranjak dari perdagangan bebas dan memberlakukan tarif, maka sampai batas tertentu, kesejahteraannya akan meningkat hingga ketitik maksimal. Pada titik itulah tarifnya disebut tarif optimal.
Negara – negara yang menjadi mitra perdagangan akan ikut menerapkan tarif sampai ketitik optimal demi membela kepentingan mereka sendiri.

3.       Terangkan suatu subsidi di suatu negara terhadap negara lain?
Jawaban :
Kebijakan subsidi biasanya diberikan untuk menurunkan biaya produksi barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah perang subsidi. Hal ini karena, semua negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.

4.       Terangkan mengapa migrasi juga dapat menurunkan tingkat kemakmuran pekerja yang bermigrasi meskipun upah yang diterima lebih tinggi.
Jawaban :
Karena orang yang bermigrasi belum tentu mendapat kesejahteraan hidup yang sama meskipun upah tinggi tetapi biaya hidupnya juga tinggi sehingga kesejahteraan hidup belum tentu terjamin

5.       Terangkan apa pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah jika:
a.Permintaan ekspor naik
b.Tingkat bunga negara asing naik
c.Berkurangnya pembayaran hutang luar negeri
Jawaban :
a) Pengaruh terhadap nilai rupiah jika ekspor naik adalah ekspor didalam negeri akan mengalami kenaikkan karena nilai tukar rupiah melemah.
b) Jika tingkat suku bunga negara asing naik maka rupiah akan menurun nilai tukarnya.
c) Dengan berkurangnya hutang luar negeri maka rupiah akan menguat nilai tukarnya.

6.       Jika suatu negara untuk mempertahankan atau meningkatkan ekspor dengan cara intervensi nilai tukar menjadi lebih rendah (terdepresiasi). Jelaskan pengaruhnya terhadap inflasi dan jika ada bagaimana langkah preventif yang dilakukan pemerintah.
Jawaban :

Jika suatu negara menurun nilai tukar uangnya maka inflasi dari negara tersebut akan meningkat karena harga barang-barang impor akan naik dan harganya akan melonjak, tindakan preventif adalah dengan cara menaikkan tingkat suku bunga agar uang masyarakat lebih terkontrol.

Senin, 16 Juni 2014

BAHASA INDONESIA 2

BAHASA INDONESIA 2
Tugas Kerangka Karangan Dan Rangkuman

UNIVERSITAS GUNADARMA

Nama  : Neneng Hasanah
NPM   :18211561
Kelas   :3EA12
Jilbab dan Perkembanganya Perspektif Pembacaan Perkembangan Budaya Materi
Kerudung/Hijab/Jilbab awalnya adalah sebuah benda yang kemunculanya akibat dari dorongan syaraiat, artinya munculnya ide budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab adalah berasal dari hukum Alloh yang jelas, sudah diberi definisi dan ketentuan apa yang dimaksud, dan dalam kadar seperti apa sesuatu bisa disebut sebagai sebuah Kerudung/Hijab/Jilbab (Al ~ Qur’an surat An – Nur (24): 31). Sehingga manusia tinggal memahami kemudian mewujudkanya. Dalam konteks ini, penulis menafsirkan awalnya Kerudung/Hijab/Jilbab masih sebatas sebagai fungsi teknis, artinya baru sebatas sebagai sebuah benda yang memiliki fungsi untuk menutupi bagian tubuh yang dilarang untuk dilihat oleh orang lain, untuk menghindari maksiat bagi yang melihat( Al ~ Qur’an surat Al – Ahzab (33): 59). Kemudian fungsi Kerudung/Hijab/Jilbab tidak hanya sebatas sebagai fungsi teknis saja. Karena dalil tidak sebatas itu dalam memerintah, akan tetapi Kerudung/Hijab/Jilbab juga sebagai sebuah identitas bagi si pemakainya. akibatnya masyarakat Arap yang memakai Kerudung/Hijab/Jilbab sesuai syariat memiliki identitas sosial baru, yaitu sebagai seorang wanita muslim yang dihormati dan lelaki segan dan tidak menggangu, demikianlah catatan sejarah berkata. Sehingga jika Kerudung/Hijab/Jilbab dikaitkan sebagai sebuah identitas sosial kaitanya dengan keagamaan, maka pembacaan Kerudung/Hijab/Jilbab berkembang lagi, tidak hanya sebatas teknofak, dan sosiofak akan tetapi fungsi ideofak otomatis juga melekat karena Kerudung/Hijab/Jilbab adalah bagian dari syariat agama islam, yang tak lain islam sebagai sebuah ideologi bagi sebagaian manusia dimuka bumi ini.

Abad ke 7 adalah abad dimana awal perintah berkerudung/berhijab, dalam konteks abad ke 7 di semenanjung Arabia, kondisi sosial masyarakat jauh dari pengaruh peradaban dua imperium besar yaitu Romawi dan Persia.(lihat: sejarah Muhammad, M Husein Haekal) Hal ini sebagai dampak dari geomorfologi Arab yang terpencil dan terkukung dari pegunungan dan padang pasir, hal ini berdampak pada pengaruh budaya yang cukup kecil terjadi, sehingga apa yang dikembangkan oleh masyarakat masih sesuai dengan doktrin yang ada di lingkungan masyarakat Arab. Kerudung/Hijab/Jilbab sebagai sebuah hasil pemahaman atas dalil agama juga belum mengalami perubahan akibat pengaruh dua pusat kebudayaan dan masih sesuai dengan makna, dan ketentuanya, yang dimaksud disini sesuai dengan dalil adalah Kerudung/Hijab/Jilbab berarti: kain penutup kepala sehingga kain menjulur hingga dada. Hal ini dapat ditarik sebuah pengetian bahwa masyarakat pendukung kebudayaan Kerudung/Hijab/Jilbab pada awalnya masih memegang teguh ketentuan-ketentuan dalil tentang Kerudung/Hijab/Jilbab, dan belum terfikirkan untuk merubah makna Kerudung/Hijab/Jilbab. Pasca islam pada abad ke 9-12 mengalami perkembangan dan persebaran mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainya, misalnya di sebagaian Negara timur-tengah berkembang model Kerudung/Hijab/Jilbab dengan cadar, burqa, niqop, dan masker, kemudian berkembang pula di Nusantara atau Melayu abad 19 Kerudung/Hijab/Jilbab selendang yang tidak menutupi penuh kepala, dan hanya di selampirkan. di kawasan timur juga berkembang Kerudung/Hijab/Jilbab dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkunganya, tidak sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk menafsiakan Kerudung/Hijab/Jilbab. Faktorya tentu banyak, hal ini terkait dengan kondisi sosial budaya, lingkungan, dan pemahaman atas dalil agama

Memaknai Fenomena Perubahan Budaya Materi
Yang dimaksud Kerudung/Hijab/Jilbab Kreatif dalam hal ini adalah sebuah Kerudung/Hijab/Jilbab yang penulis anggap hilang dari sisi nilai-nilai ideologis sebagai dasar kemunculnya, dan bergeser yang lebih menonjol pada sisi gaya hidup atau sebuah mode. Sehingga Kerudung/Hijab/Jilbab disini mengalami pergeseran makna, dari sacral menjadi profane. Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif hari ini juga telah menjadi symbol-simbol lapisan sosial, tentusaja maksud penulis bukan sebatas symbol lapisan sosial dalam kontek antara agama, seperti pada permulaan munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri, akan tetapi sebagai sebuah symbol lapisan sosial dalam kontek klasifikasi tingkatan ekonomi. Selanjutnya penulis juga menemukan sebuah fenomena yang cukup menarik bahwa fenomena Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif telah menarik segelintir orang untuk mengapresiasi melalui sebuah perkumpulan yang dipersatukan atas dasar budaya materi ini. Ternyata hobi, kegemaran dan bisnis memakai Kerudung/Hijab/Jilbab ini mengispirasikan sekelompok wanita untuk mendirikan sejumlah situs untuk mempromosikan dan kemudian mempunyai basis massa dan visi-missi tertentu.

Kemudian munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif juga menumbuhkan sebuah klasifikasi yang baru, hal ini sebuah fenomena yang biasa dalam konteks zaman sekarang. Misalnya kita berangkat dari sebuah contoh, agar mudah menggambarkan hal ini. Lagam atau model pada budaya materi celana jeans misalnya, tahun 70-an umum telah berkembang model calana jeans cutbrai, baru pada tahun 90-an model ini sempat menghilang, dan kembali muncul tahun 2007. Kemudian model ini tahun 2010 menghilang karena model celana jeans pensil. Gaya celana pensil ini secara otomatis akan menganeliasi gaya cutbraiy, sehingga jika ada remaja yang masih memakai celana jeans cutbraiy saat ini dalam perspektif klasifikasi fashions dia akan masuk pada golongan mode kuna. Hal ini terjadi secara otomatis, sehingga celana pensil dalam waktu sekejap menjamur dan dipakai segala lapisan masyarakat yang selalu tidak mau ketinggalan mode. Nampaknya begitu juga dengan Kerudung/Hijab/Jilbab ini. Kerudung/Hijab/Jilbab ini mulai menjamur,apalagi dengan dukungan media massa dan elektronik, Kerudung/Hijab/Jilbab ini siap-siap akan menjadi pusat perhatian baru, sehingga masyarakat akan banyak memburu model ini. Dalam perkembangan waktu seperti yang berlaku pada celana jeans, bahwa jika masih ada yang menggunakan Kerudung/Hijab/Jilbab “formal” maka secara otomatis dia akan masuk dalam klasifikasi gaya era masa lalu, tentu hal ini melalui kacamata masyarakat pengagum mode.
kemunculan mode
Kemunculan mode ini memang tidak datang sesederhana seperti apa yang kita banyangkan. Kemunculan ini tentu melalui beberapa fase dan kepentingan. Ada beberapa tahapan yang  jabarkan disini tentu dalam kontek Indonesia. Pertama: bahwa munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab yang marak di Indonesia baru muncul pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Pada waktu itu ditandai dengan munculnya kerudungisasi dikalangan masyarakat kampus. Orde Baru adalah dimana Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi sebuah hal yang masih awam untuk dipakai. Hal ini memang sangat terkait dengan situasi politik dan budaya pada masa itu. Peperangan yang panjang pasca kemerdekaan, sampai kondisi pemerintah yang antipati terhadap gerakan ekstrimis kanan yang terwakilkan oleh gerakan DII dan Negara Islam Indonesia hingga terakhir tragedi Tanjung Priok berdampak pada pengamalan agama islam. Selain itu juga kebijakan pemerintah yang cukup represif terhadap pengawasan kegiatan pengamalan agama dan siar islam yang dilakukan sejumlah organisasi islam juga berdampak pada sosialisasi atas Kerudung/Hijab/Jilbab ini, sehingga dampaknya sangat terlihat pada masa Orde Baru sedikit muslimah yang memakai Kerudung/Hijab/Jilbab. Kedua: era tahun 90-an, pemerintah cukup mulai memperhatikan kehidupan beragama. Hal ini sebagai sebuah dampak dari kehidupan pribadi Soeharto yang sudah mulai berusia lanjut. Religiusitas Soeharto meningkat ditandai dengan berangkatnya haji dan umroh yang selalu dipertontonkan melalui media, hal ini dampaknya cukup bagus, kelonggaran beragama mulai ditunjukan dengan beberapa surat keputusan presiden yang dikeluarkan.

Ketiga: pasca reformasi ada sekolompok masyarakat yang menginginkan kehidupan islami di setiap lini aktivitas, dan juga dibarengi dengan kebebasan berekspresi, hal ini semakin mempermudah segala aktivitas hidup sesuai dengan ideologi masing-masing. Keempat: kemudian fase yang terakhir inilah yang menyuburkan symbol-simbol agama dipakai dalam kehidupan, termasuk Kerudung/Hijab/Jilbab. Sebuah catatan yang penulis tekankan adalah pada awalnya masyarakat belum berfikiran akan memodifikasi gaya Kerudung/Hijab/Jilbab mereka. hal ini tentu saja dapat dipahami bahwasanya, masyarakat baru belajar memakai simbol baru yang sebenarnya sudah lama dikenal, dampaknya adalah normative, dan masih sesuai dengan ketentuan yang selaras dengan dalil.

Fase selanjutnya memang Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi trend masyarakat muslimah indonesia. hal ini mendorong pula dimunculkanya aturan-atruran yang melegalkan Kerudung/Hijab/Jilbab, terutama di instansi-instansi islam yang sebagai lembaga pendukung kebudayaan ini. Dampaknya massive Kerudung/Hijab/Jilbab menjadi hal yang biasa atau lumrah pada perkembangan selanjutnya. Kelumprahan inilah sebenarnya akar dari sebuah upaya desakralisasi Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri, ditambah penekanan pada esensi kewajiban berkerudung bagi seorang muslimah mulai ditinggalkan, dan hanya sebatas peraturan berkerudung yang diberlakukan, terutama untuk sekolah islam. Tentu saja hal ini tidak mewadahi jikalau muncul sebuah apologistik, terhadap esensi berkerudung.

Kepentingan Pasar Sebagai Pengaruh

Pasar adalah kekuatan yang selalu mendorong sebuh perubahan kebudayaan. Kepentingan pasar tidak akan toleran terhadap nilai-nilai dan batas norma tertentu. Karena dalam kacamata kepentingan pasar, keuntungan adalah segalanya. Jikalau keuntungan itu harus diupayakan dengan menerobos batas-batas kemanusiaan, bukanlah menjadi persoalan. Perspektif ini akan terus berlaku terutama bagi dunia moderen yang menitik beratkan pada financial sebagai tolok ukur suatu keberhasilan kehidupan. Sehingga banyak orang yang berusaha mengupayakanya hingga titik darah penghabisan.

Sejumlah produsen pasca menjamurnya pemakai Kerudung/Hijab/Jilbab, sangat menyadari sebuah peluang keuntungan dari adanya trend ini. Hal ini tentu memacu munculnya kreativitas untuk menghasilkan sebuah produk yang mampu menarik konsumen lebih banyak. Inovasi-inovasi mulai dari Kerudung/Hijab/Jilbab yang praktis dipakai, indah dengan berbagai aksesorisnya, dan berbahan kain tertentu yang semuanya memanjakan bagi pemakainya, menjadi trend selanjutnya. Menurut salah satu produsen Kerudung/Hijab/Jilbab diindonesia yang dikutip dari republika co.id menuturkan bahwa: pengaruh televisi dan media massa lain menyebabkan beragamnya pilihan gaya busana keseharian. Meski tetap patuh pada pakem, setiap Muslimah lebih berani mengeksplorasi gaya dengan tampilan berbeda dengan busana muslim sesuai karakter personal. Menurut ia Aplikasi Kerudung/Hijab/Jilbab juga tak ketinggalan. Prinsipnya, kaidah berbusana Muslim tetap dijalankan, namun perempuan masih bisa bereksplorasi dengan Kerudung/Hijab/Jilbabnya, kata dia. Selama ini, busana Muslim tidak lagi identik dengan kesan feminin. Sekarang ini, mulai bermunculan jilbab bergaya sporty. Adapula, jilbab bergaya Hoodie, yakni jilbab dengan penutup kepala namun menutupi bagian dada dengan detail mengkerut sehingga sehingga tidak perlu lagi mengenakan kalung atau rantai.

Kemudian dalam beberapa episode pembiritaan dalam republika disebutkan bahwa beberapa komunitas jilbab telah menjamur, motif mereka sebenarnya adalah keprihatinan akan kondisi pasar jilbab yang dikuasai oleh pasar asing seperti cina dan timur tengah. Atas keprihatinanya tersebut mereka berusaha menciptakan produk mandiri untuk memenuhi pasar dalam negeri. Meskipun gaya masih banyak mengadopsi gaya luar. Adapun contoh komunitas yang sekaligus menjadi nama situs internet adalah Hij Up, dan Jilbab Cantik. Sekarang telah ada berpuluh-puluh gaya jilbab contohnya: Chrysant, Rose, Orchid, Jasmine, Sakura dan Tulip, Daisy dan Violet. Selain bisnis, mereka mempunyai alasan untuk mesosialisaikan jilbab kepada masyarakat yang belum memakainya. Sengan cara mengembangkan model diharapkan masyarakat semakin mencintai jilbab.

Hal yang disayangkan adalah penekanan akan Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif hanya berhenti pada wilayah fashion atau gaya saja. Sehingga nilai-nilai atau esensi akan Kerudung/Hijab/Jilbab itu sendiri tidak diketahui oleh pemakainya. Memang penulis akui bahwa hal ini bukan tugasnya para produsen, terlebih bagi produsen yang hanya mengejar keuntungan. Akan tetapi setidaknya jika memang ada sejumlah produsen yang peduli akan hal ini, tentusaja seharusnya produsen akan berimbang dalam memproduksi Kerudung/Hijab/Jilbab yaitu antara kreatifitas dan sesuai dengan koridor berkerudung/berhiijab yang benar. Tentu saja hal ini juga bagi para pemakainya. Jika para pemakai menganggap bahwa Kerudung/Hijab/Jilbab adalah bagian dari perintah agama yang tentu saja sacral dan tidak boleh di modifikasi yang mengarah pada pelanggaran akan pakem dalil, maka seharusnya para pemakai harus sadar bahwa Kerudung/Hijab/Jilbab dengan gaya yang tidak sesuai seharusnya jangan dibeli atau dipakai.

Lahirnya komunitas pecinta Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif setidaknya juga ikut mensosialisasikan bagaimana Kerudung/Hijab/Jilbab yang normative itu. Kalaupun mereka ingin menciptakan model atau gaya yang baru, hendaknya itu harus dibarengi dengan penjelasan-penjelasan atau batasan-batasannya. Sehingga peran komunitas ini tidak sebatas pada sosialisasi trens masa kini, akan tetapi juga flashback pada masa lampau tentang hakekat Kerudung/Hijab/Jilbab itu di syariatkan.
I.                   Sejarah dan Perkembangan Kerudung/Hijab/Jilbab
II.                 Memaknai Fenomena Perubahan Budaya Materi: Kerudung/Hijab/Jilbab Kreatif
III.             kemunculan mode hijab atau jilbab
III.1           Beberapa tahapan kemunculan mode
IV.             Kepentingan Pasar Sebagai Pengaruh
V.                Lahirnya komunitas-komintas berhijab

v  RANGKUMAN

Dari fenomena perubahan budaya materi Kerudung/Hijab/Jilbab bahwasanya ada beberapa hal yang ditekankan disini. Yang pertama adalah terdapat perkembangan gaya dalam budaya materi ini, hal ini menandakan bahwa proses transformasi nilai-nilai atau pemaknaan akan budaya materi ini tidak sepenuhnya tersampaikan. Hal ini diakibatkan oleh beberapa factor budaya, sosial, politik dan lain sebagainya yang menunjukan proses yang sangat panjang perubahanya. Pada tahap perkembangan akhir pada Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif ada beberapa hal yang dapat dibaca bahwa telah terjadi penyimpangan pemahaman terhadap esensi pemakianya. Sehingga tahap awal Kerudung/Hijab/Jilbab yang masih dalam dimensi ekofak, sosialfak dan ideofak, berkembang pula pada salah satu penekananya yaitu sosialfak. Artinya penekanan Kerudung/Hijab/Jilbab hanya pada wilayah atribut sosial atau penanda status sosial yang mempertegas perbedaan sosial si pemakainya. Hal ini jauh menyimpang dari hakekat makna Kerudung/Hijab/Jilbab sebenarnya.
ü  Beberapa tahapan kemunculan mode
Ada beberapa tahapan yang  jabarkan disini tentu dalam kontek Indonesia. Pertama: bahwa munculnya Kerudung/Hijab/Jilbab yang marak di Indonesia baru muncul pasca tumbangnya rezim Orde Baru. Pada waktu itu ditandai dengan munculnya kerudungisasi dikalangan masyarakat kampus
Kedua: era tahun 90-an, pemerintah cukup mulai memperhatikan kehidupan beragama.
Ketiga: pasca reformasi ada sekolompok masyarakat yang menginginkan kehidupan islami di setiap lini aktivitas, dan juga dibarengi dengan kebebasan berekspresi, hal ini semakin mempermudah segala aktivitas hidup sesuai dengan ideologi masing-masing. Keempat: kemudian fase yang terakhir inilah yang menyuburkan symbol-simbol agama dipakai dalam kehidupan, termasuk Kerudung/Hijab/Jilbab. Sebuah catatan yang penulis tekankan adalah pada awalnya masyarakat belum berfikiran akan memodifikasi gaya Kerudung/Hijab/Jilbab mereka.
ü  Kepentingan Pasar Sebagai Pengaruh
Pasar adalah kekuatan yang selalu mendorong sebuh perubahan kebudayaan. Kepentingan pasar tidak akan toleran terhadap nilai-nilai dan batas norma tertentu. Karena dalam kacamata kepentingan pasar, keuntungan adalah segalanya.
ü  Lahirnya komunitas-komintas berhijab
Lahirnya komunitas pecinta Kerudung/Hijab/Jilbab kreatif setidaknya juga ikut mensosialisasikan bagaimana Kerudung/Hijab/Jilbab yang normative itu. Kalaupun mereka ingin menciptakan model atau gaya yang baru, hendaknya itu harus dibarengi dengan penjelasan-penjelasan atau batasan-batasannya



Dari berbagai sumber:
http://www.kerudungbandung.com/sharing/sejarah-kerudunghijabjilbab-dan-perkembanganya-perspektif-pembacaan-perkembangan-budaya-materi

Rabu, 26 Maret 2014

BAHASA INDONESIA 2

BERPIKIR DAN BERNALAR

PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap manusia secara alamiah mereka dalam kehidupan sehari-harinya sering melakukan atau merasakan yang dinamakan berpikir dan bernalar. Terkadang sadar dan tidak dalam kehidupan sehari-hari berpikir dan benalar itu sering dilakukan, tapi berpikir dan bernalar sendiri adalah dua kata  itu memiliki hubungan makna, ‘akal budi’. Meskipun demikian, kedua kata tersebut memiliki perbedaan yang prinsip, yaitu dalam bernalar selalu terkandung proses berpikir, sedangkan dalam berpikir tidak selalu terkandung penalaran. Berpikir merupakan kegiatan mental yang melibatkan kerja otak sedangkan bernalar adalah bernalar merupakan proses kelanjutan setelah berpikir, dimana manusia akan mencerna apa yang telah ia pikirkan dengan matang, apa sebab dan akibatnya, serta tindakan rasional yang harus dilakukan.Oleh karena itu berpikir dan bernalar berbeda namun saling berkaitan.

PEMBAHASAAN
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.
Berpikir merupakan proses dimana seseorang menelaah suatu hal. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang tidak benar itu pun juga berbeda-beda.

Definisi berpikir sendiri adalah yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu
Menurut Sudarminta, bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar Bias mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif. Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (pertikular). Sebaliknya, penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hokum atau pernyataan yang berlaku umum. Adapun penalaran abduktif (suatu istilah yang dikenalkan oleh Charles S. Pierce) adalah penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui. Sebagai contoh, kita tahu bahwa semua pohon semangka di kebun kita adalah semangka yang disediakan di ruang makan itu diambil dari kebun kita.


Memang kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berpikir. Akan tetapi, menyamakan berpikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berpikir. Penalaran sebagai kegiatan berpikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan yang ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Walaupun penalarannya betul atau sesuai dengan asas – asas logika, kesimpulannya yang ditarik bias saja salah kalau premis – premis yang mendasari penarikan kesimpulan itu ada yang salah.


Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada betul keliru, sahih atau tak sahih. Tolak ukur penilaiannya adalah asas – asas logika atau hokum penalaran. Akan tetapi, kalau kegiatan berpikir dimengerti secara lebih luas dan menyeluruh, mulai dair penerapan indrawi, konseptualisasi atau proses pemahaman atas data yang diperoleh, serta berakhir dengan penegasan putusan, dapat saja kita bicara tentang benar – salah dalam berpikir. Penalaran yang betul merupakan unsur yang amat penting dalam kegiatan berpikir, dan dapat menunjang kegiatan berpikir yang benar



KESIMPULAN

Jadi kesimpulan dari paparan diatas adalah  berpikir dan bernalar berbeda namun saling berkaitan. Berpikir lebih luas dari bernalar, karena berpikir terjadi secara rutin dalam jangka waktu yang sangat sering dan merupakan aktivitas harian pada otak. Berbeda dengan bernalar, bernalar dilakukan ketika kita kan menyimpulkan sesuatu atas rumusan yang dibuat.



Rabu, 08 Januari 2014

tugas

Nama        : Neneng Hasanah
Kelas         : 3ea12
NPM          : 18211561

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP SEPATU LUKIS
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman saat ini menuntut konsumen bersikap pintar, cermat, efisien dan efektif dalam memilih produk yang diinginkan. Dengan adanya sikap itu, maka konsumen tidak akan kecewa dengan apa yang telah mereka beli (action). Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapi dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, salah satunya kebutuhan dalam memilih produk sepatu lukis  karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan dan tidak akan terpuaskan dari kebutuhan mereka.
Produk sepatu lukis adalah salah satu varian terbaru yang akhir-akhir ini di lirik oleh orang-orang yang pencinta sepatu,terlebih sepatu lukis ini mempunyai kelebihan dalam desain bila di bandingkan dengan sepatu-sepatu lain . apabila sepatu-sepatu biasa sedah mempunyai desain sendiri beda halnya dengan sepatu lukis karena sepatulukis bisa menentukan sendiri desain yang kita inginkan bahkan coustemer bisa melukis dengan tangannya sendiri, itulah perbadaan sepatu lukis dengan sepatu yang lainya
Apa lagi untuk kaum wanita penampilan sangatlah penting sehingga kebanyakan yang menyukai sepatu lukis hanya wanita dan anak-anak sekolahan kebanykan jadi masihbanyak kekurangan-kekurangan dalam sepatu lukis ini, karena tidak semua kalangan melirik atau minat terhadap sepatu lukis, dan produsen yang menjual sepatu lukis ini masih terbatas dan jarang ditemui tempat-tempat yang menjual sepatu lukis,tapi bagi coustemer yang sangat tertarik mereka akan membelinyadimanapun tempatnya.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen dari berbagai daerah, maka produsen berusaha akan memenuhi kebutuhan yang konsumen inginkan. Dengan itu, produsen menciptakan berbagai produk yang bervariatif serta barbagai pilihan produk itu sendiri. Bahkan produsen akan menciptakan produk yang sebelumnya belum pernah dibutuhkan oleh konsumen. Inovasi-inovasi inilah yang menjadi dilema bagi konsumen, apakah mereka akan mengambil keputusan berdasarkan keinginan atau kebutuhan. Maka, konsumen akan melihat faktor-faktor apakah yang cocok bagi mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat bagi kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang mempengaruhi dalam pembelian sepatu  lukis ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian tersebut ?


Minggu, 22 Desember 2013

PEMBELAJARAN KONSUMEN

NENENG HASANAH 3EA12/18211561
Pentingnya konsumen belajar untuk produk baru yang sukses
Mengapa produk-produk ini gagal?
-Listerine pasta gigi
-Ben-gay aspirin
-Oreo Little Fudgies
Mengapa pocketpaks sukses?
Mengapa konsumen juga penting untuk mempelajari ??
Karena konsumen juga harus mengetahuinya, dimana untuk membeli, menggunakannya, mempertahankannya dan membuang produknya.
Pembelajaran Teori
Tidak ada teori yang universal tentang teori pembelajaran konsumen. Namun ada ada 2 teori yang berkaitan dengan proses pembelajaran konsumen yaitu :
1. Teori Perilaku
2. Teori kognitif
Teori perilaku adalah Pembelajaran diperoleh berdasarkan perilaku yang terlihat, sbg akibat dari terpaan /stimuli.
Teori-teori kognitif: Pembelajaran diperoleh dari proses mental.
Pembelajaran konsumen
Pembelajaran konsumen merupakan sebuah proses yang disebabkan individu memperoleh pembelian konsumsi, pengetahuan dan berdasarkan pengalaman yang di alami konsumen.
Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran terdapat 2 unsur yaitu yang di sengaja dan insidentil.
Disengaja: pembelajaran diperoleh sebagai hasil dari pencarian hati-hati untuk informasi
sedangkan Insidentil: belajar diakuisisi oleh kecelakaan atau tanpa banyak usaha.
Beberapa elemen teori pembelajaran yaitu :
- Motivasi
- Isyarat
- Tanggapan
- Penguatan
Penguatan
Sebuah hasil positif atau negatif yang mempengaruhi kemungkinan bahwa perilaku tertentu akan terulang di masa depan dalam menanggapi isyarat tertentu atau stimulus.
11
Gambar 7.1 berikut adalah contoh produk menggunakan elemen penguatan.
Perilaku Teori Belajar
- Pengkondisian klasik
- Pengkondisian Instrumental
- Modeling atau Belajar observasional
Pengkondisian klasik adalah pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain mendatangkan tanggapan yang dikenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri saja.
Pengkondisian Instrumental
22
Sebuah teori perilaku belajar berdasarkan proses trial-and-error, dimana kebiasaan dibentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu.
Teori ini membentuk perilaku tertentu dengan stimulus tertentu yang pada awalnya tidak menimbulkan respon apapun. Di dalam teori ini dikenal pula extintion atau pemadaman, yaitu eliminasi/pemadaman terhadap stimulus dengan pengkodisian yang telah dibentuk sebelumnya, atau dengan kata lain eliminasi respons kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus utama.
Sebagai contoh anjing yang telah dikondisikan keluar sir liur saat mendengar lonceng, kemudian diperdengarkan lonceng tanpa diberikan makanan. Prosedur tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga akhirnya anjing tersebut tidak akan lagi mengeluarkan air liur saat mendengarkan bunyi lonceng.
Teori ini lebih tepat digunakan untuk mahluk hidup yang memiliki perkembangan kognitif belum optimal/pemikiran yang belum kompleks.
3
Belajar Asosiatif Kognitif
Pengkondisian klasik dipandang sebagai pembelajaran asosiasi antara peristiwa yang memungkinkan organisme untuk mengantisipasi dan mewakili lingkungannya.
Dari sudut pandang ini, pengkondisian klasik bukanlah tindakan refleksif, melainkan perolehan pengetahuan baru. Menurut kognitivisme, belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.
Neo-pavlovian pengkondisian
-Ke depan pengkondisian ( cs mendahului kita )
-Diulang pairings dari cs dan as
-Sebuah cs dan kita bahwa logis milik satu sama lain
-Sebuah cs yang novel dan asing
-Kita bahwa adalah sebuah secara biologis menonjol atau secara simbolis
Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik adalah :
-Pengulangan
-Generalisasi stimulus
-Diskriminasi stimulus
Pengulangan
Pengulangan meningkatkan kekuatan dari asosiasi dan memperlambat melupakan tapi dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan advertising wearout. Variasi kosmetik mengurangi satiasi.
4
Three-hit Teori
Pengulangan merupakan dasar untuk gagasan bahwa eksposur tiga untuk iklan yang diperlukan untuk menjadi efektif, Jumlah pengulangan yang sebenarnya untuk sama tiga eksposur adalah dalam pertanyaan.
Generalisasi Stimulus dan Pemasaran stimulus
Ketidakmampuan untuk memahami perbedaan antara rangsangan yang sedikit berbeda. Beberapa stimulus pemasaran adalah :
 Lini produk, ekstensi kategori bentuk dan
 Branding keluarga
 Perizinan
 Situasi penggunaan generalisasi
7
Maksud dari produk ini adalah brand Neutrogena men tidak hanya mengeluarkan satu jenis produk melainkan 3 jenis produk yang berhubungan agar lebih efektif manfaat dari produk ini.
10
diskriminasi stimulus adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus tersebut tidak direspon walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat.
12
Pengkondisian Instrumental
Konsumen belajar dengan cara dari trial and error proses di mana beberapa perilaku pembelian hasil di lebih hasil menguntungkan ( penghargaan ) daripada yang lain perilaku pembelian. Pengalaman yang menguntungkan berperan dalam mengajar individu untuk ulangi sebuah perilaku tertentu.
Pengkondisian Instrumental dan pemasaran
 Kepuasan konsumen ( penguatan )
 Jadwal2 penguatan
 Membentuk
 Berkumpul versus didistribusikan belajar
Penguatan bisa bersifat positif maupun negatif
Penguatan positif: positif yang memperkuat hasil kemungkinan sebuah respon spesifik
Contoh: menunjukkan rambut yang indah seperti penguatan untuk membeli sampo
Penguatan negatif: tidak menyenangkan atau negatif yang melayani hasil untuk mendorong sebuah perilaku tertentu
Contoh: menampilkan kulit keriput seperti penguatan untuk membeli krim kulit
Konsep lainnya dalam penguatan
 Hukuman
Penguatan memilih daripada hukuman
 Kepunahan
Pertempuran dengan kepuasan konsumen
 Melupakan
Pertempuran dengan pengulangan
Belajar Observasional
Sebuah proses oleh mana individu mengamati perilaku orang lain, dan konsekuensi seperti perilaku. Yang juga dikenal sebagai atau perwakilan pemodelan yang belajar.
13
Belajar Kognitif Teori
Memegang bahwa jenis belajar paling karakteristik dari manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan individu untuk mendapatkan beberapa kontrol atas lingkungan mereka.
Konsumen Mengerti Melalui model
Kenapa konsumen mengerti melalui model, karena dengan memakai model mereka lebih cenderung mengerti dan menangkap bagai mana produk itu dipakai. Apa lagi model tersebut adalah figur yang sedang di gandrungi masyarakat biasanya konsumen cepat tergiur akan produk tersebut dan terkadang melalui model konsumen pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,karena model juga adalah salah satu yang mendasari yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
Belajar Kognitif Teori
Memegang bahwa jenis belajar paling karakteristik dari manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan individu untuk mendapatkan beberapa kontrol atas lingkungan mereka.
14
Proses Kognitif
Proses Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi
Pemrosesan informasi
Sebuah teori kognitif belajar manusia berpola setelah pemrosesan informasi komputer yang berfokus pada bagaimana informasi yang disimpan dalam memori manusia dan bagaimana hal ini diambil.
15
Bagan diatas menjelaskan bahwa informasi memproses dan memory toko yang pertama melalui sensor masukan, dari sensor masukan informasi di proses ke sensor toko dimana tempat pertama kali informasi diterima dari sensor masukan dan dari proses informasi tersebut terjadi forgotten lost dan ke proses latihan memori kerja (jangka pendek) memori jangka pendek adalah memori kesadaran ,yakni seseorang menyadari adanya informasi. memori kerja itu sendri memiliki karakteristik seperti memori jangka pendek maka dari memori kerja(jangka pendek) lalu ke proses pengkodean,proses pengkodean adalah hal yang paling penting, toko jangka panjang dimana terjadi proses forgotten unavailable dan setelah itu maka ke proses retrieval
Daya serapnya
Informasi disimpan dalam memori jangka panjang
-Episodically: oleh urutan di mana hal ini diperoleh
-Semantically: menurut konsep yang signifikan
16
Tahapan sequential pengolahan
Tahapan sequential pengolahan adalah segala sesuatu yang masih dalam bentuk bahan mentah yang di proses .data yang di proses tersebut dan berguna bagi orang yang menerimanya ini disebut sebagai informasi, tahapan pertama yaitu Model promosi dimana terdiri dari perhatian,minat keinginan dan action. Kedua tahapan Tricompetent model yaitu ada kognivitif,efektif dan konatif, ketiga model pengambilan keputusan yaitu kesadaran pengetahuta, evaluasi, pembelian postpurchase evaluasi yang ke empat tahapan kesadaran,keinginan evaluasi,trial adoption dan tahap terakhir proses keputusan innovatif terdiri dari pengetahuan,persuasi dan konfirmasi decision.
Teori keterlibatan
Sebuah teori belajar yang konsumen konsumen mendalilkan bahwa terlibat dalam berbagai kegiatan pemrosesan informasi dari luas untuk limited pemecahan masalah, tergantung pada relevansi dari pembelian.
Split Brain Theory
Split-otak adalah berbaring istilah untuk menggambarkan hasil ketika corpus callosum yang menghubungkan kedua belahan otak terputus untuk beberapa derajat . Ini adalah sebuah asosiasi gejala yang dihasilkan oleh gangguan atau gangguan dengan koneksi antara belahan otak . Operasi bedah untuk menghasilkan kondisi ini disebut corpus callosotomy , dan biasanya jalan terakhir untuk mengobati epilepsi refrakter
Teori Dalam Keterlibatan isu-isu
 Teori keterlibatan strategi dan media
 Teori dan keterlibatan relevansi konsumen
 Tengah dan rute perifer untuk persuasi
 Keterlibatan langkah-langkah
Tengah dan Rute Perifer Untuk Persuasi
Sebuah teori yang mengusulkan yang sangat yang terlibat konsumen yang terbaik mencapai melalui reklame yang fokus pada the atribut tertentu dari produk ( para rute pusat ) sementara konsumen uninvolved dapat tertarik melalui isyarat iklan perifer seperti model atau pengaturan ( para rute perifer ).
Elaborasi kemungkinan model ( elm )
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang tingkat selama pengolahan pesan adalah sebuah faktor kritis dalam menentukan rute mana untuk persuasi adalah mungkin untuk menjadi efektif.
18
Rute perifer untuk persuasi
menyatakan bahwa ada dua rute yang dapat dilalui mana kala
pesan persuasif diproses: rute pusat/central , yang menyediakan informasi secara lengkap, dan rute peripheral, yang berarti menggunakan lagu, warna, dan dukungan selebriti
Persuasi memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Persuasi ada di sekitar kita. Komunikasi dari semua jenis adalah persuasi. Ada banyak taktik persuasi yang berbeda untuk memanfaatkan pesan sebagai pesan persuasi. Pesan yang dikirim melalui rute pusat persuasi harus lurus ke depan dan lengkap. Rute pusat terdiri dari “pertimbangan bijaksana dari argumen (ide, konten) dalam pesan “(Benoit dkk., 2001). Penerima hati-hati dalam mendalami isi pesan dan mengevaluasi subyek ide. Pesan yang dikirim melalui rute ini harus memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi, yaitu, penerima harus benar-benar peduli tentang dan berhubungan dengan subjek.
Headline Tak Terduga Dampak Metafora Meningkat
Sebuah pesan atau berita yangg dating tidak di duga yang menimbulkan dampak perbandingan suatu pesan yg berkias secara meningkat, banyak perilaku konsumen akan terulang di masa kan datang dalm menanggapi pesan isyarat.
gambar mobil …itu artinya produk orang-orang yangg menggunakan elemen penguat
itu cabang dari elemen teori pembelajaaran dari suatu proses pembelajaran perilaku konsumen.
23
Ukuran Pembelajaran Konsumen
-Pengakuan dan mengingat mengukur
-Tanpa bantuan dan dibantu Kembali
-Tanggapan kognitif untuk iklan
-Copytesting mengukur
-Mengukur sikap dan perilaku dari kesetiaan atas merek
Fase dari kesetiaan atas merek
-Kognitif
-Afektif
-Conative
-Tindakan
25
Jadi gambar diatas menjelaskan bahwa loyalitas merek sebagai fungsi sikap dan perilaku relatif binaan: Loyalitas terhadap merek melibatkan fungsi dari proses-proses psikologis yang menunjukkan bahwa ketika nasabah loyal terhadap merek-merek tertentu, nasabah secara aktif akan memilih merek, terlibat dengan merek dan mengembangkan sikap positif terhadap merek.
Kini konsep loyalitas yang dalam perkembangan awalnya lebih menitik beratkan pada aspek perilaku, dikembangkan lebih luas lagi dengan melibatkan sikap dan perilaku. Loyalitas dipandang sebagai hubungan erat antara sikap relatif dengan perilaku pembelian ualng. Pandangan amat bermanfaat bagi pemasar. Pertama dari segi validitas dapat digunakan untuk memprediksi apakah loyalitas yang terlihat dari perilaku pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya yang positif (senang) terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu yang memaksanya (spurious loyalty). Kedua, memungkinkan pemasar melakukan identifikasi terhadap faktor yang dapat menguatkan atau melemahkan konsisten loyalitas.
Consumer Behavior,
Eighth Edition
SCHIFFMAN & KANUK