...I am in Love with Rose, But I am nothing but a Dandelion...

Selasa, 17 September 2013

Kalkulasi Rasa

Kalkulasi Rasa
18/09/2013
Itu suara apa yang bising di telingaku, suara-suara yang  sangat abstark yang selalu mencercaku.
Ternyata isi kepalaku lagi-lagi menceramahiku,,, cerewet sekali ia malam ini!!!
Malam ini isi kepalaku mulai ramai dan gaduh ditengah sepinya malam,, Tiba-tiba suara dikepalaku mulai bergunjing  tentang  jumlah,batas,waktu dan kadar rasa,benarkah bahwa tak ada kalkulasi saat seseorang  bermain rasa?

   Aarrgghhh,,,aku tak suka dengan ini, dengan kata-kata serius seperti ini karena kata “serius” adalah kata kedua yang melekat pada orang-orang yang dewasa dan matang. Terlalu serius memandang hidup hanya akan membuatku tambah kerrutan danlebih cepat tua dari usiaku sebenernya,,,hahaa terkadang aku lupa usiaku berapa tahun dan selalu bertingkah kekanak-kanakan ,,tapi itulah aku .

kalau berbicara dengan usia, Semakin bertambah usia dan koleksi pengalaman, membuatku menjadi lebih berhati-hati dalam pengambilan putusan, menjalani pilihan, termasuk dalam peletakan rasa. Semakin tua, aku  juga mulai menakuti hal-hal remeh yang seharusnya tidak aku takuti. Aku takut untuk hidup sendiri, takut bahwa tak akan ada yang menemaniku di saat tua nanti, takut bermain rasa, takut penolakan, takut bertepuk sebelah tangan, takut gagal, takut tersandung dan jatuh. aku takut terluka, ketakutan yang tidak pernah aku tunjukan saat masih kanak-kanak dulu.
     Aku tak suka jika harus berpikir seperti ini. Aku tak suka dengan ketakutanku sendiri. Aku tak suka harus menghitung untung rugi, terlebih lagi terhadap rasa yang ingin aku beri. Dan menumpahkan salah pada luka masa lalu atas hidupku saat ini, bukan pula opsi yang ingin aku pilih.

Bukannya menolak menjadi dewasa, aku hanya tak ingin ketakutan-ketakutan ini menggerogoti kebahagiaanku tanpa pernah aku sadari. Jika dengan menjadi orang yang perhitungan, membuatku tak bisa merasakan segala yang semesta suguhkan, maka jelas aku akan menghapus kata ‘perhitungan’ dari kamus hidupku.
Takut untuk melangkah, takut untuk bermain rasa, takut untuk terluka. Bukankah luka adalah konsekuensi?
Padahal aku sering terluka bahkan dari dulu sampi sekarang aku masih tetap terluka,,tapi tetap saja aku takut dengan luka,,,terlalu banyak luka yang akan menghampiriku kelak,dan aku lelah tuk terus terluka.

Huhh,,tuh sekarang hatiku yang mulai menceramahiku,,pada cerewet sekali mereka malam ini.

Iya, iya, baiklah. Aku tak akan lagi menghitung untung rugi, tak akan lagi bermain kalkulasi atas rasa yang aku pilih, tak akan menjadi penakut hanya karena rasa yang tak pasti. Aku akan belajar menikmati dan menganggap hidup ini sebagai taman bermain. Taman yang bisa dengan asyik kujelajahi, taman yang setiap jengkalnya bisa kutelusuri tanpa harus takut terjatuh lagi. Iya.kurasa begitu tapi entahlah entar bagaimana hahhaa
Teruntuk suara-suara dalam kepala, kamu sudah menemukan jawaban atas pertanyaan orang bodoh ini kan? Jangan cerewet lagi yah. Sekarang cukuplah kamu dorong aku untuk jauhkan kalkulator dari pandangan dan nikmati hidup tanpa harus ketakutan. Itu saja. Kalau nanti aku kembali plin plan dan mulai menakuti hal-hal yang belum aku lakukan, jangan lelah untuk mengingatkan J.

Dengerin lagu melow jam segini tepat nya pukul 1:30 dini hari cukup menampar-nampar sepiku malam ini L


Sang Mawar



Minggu, 15 September 2013

SEPI MEMELUKU


Sepi  memeluku...
Hampa menari dalam sepiku
Tangis mulai merobek hatiku
Sepi ini membuatku rapuh
Sepi ini semakin memelukku
Pelukanya seperti  ribuan jarum menempel di tubuhku
Belum habis semua rasa sakit kutuang dalam diary
Haruskah kini kutuliskan lagi tentang lara,,,?
Tentang kesepian,kesunyian,kesendirian dan kesedihanku  yang tak kutau akhirnya ?
Sunyinya malam membuat  aku tak bisa berkata
hanya teriakan-teriakan sepiku…..
Yang selalu membayangi  jiwaku yang kian runtuh
Menjauhlah dariku wahai sepi,,
karena kau seperti roda waktu yang tanpa sadar mengerogoti bahagiaku..
Sepi dann sunyi aku benci


Sang Mawar